Kedatangan
Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian pula
kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi politik
dan sosial budaya yang berlainan. Proses masuknya Islam ke Indonesia
memunculkan beberapa pendapat. Para Tokoh yang mengemukakan pendapat itu
diantaranya ada yang langsung mengetahui tentang masuk dan tersebarnya budaya
serta ajaran agama Islam di Indonesia, ada pula yang melalui berbagai bentuk
penelitian seperti yang dilakukan oleh orang-orang barat (eropa) yang datang ke
Indonesia karena tugas atau dipekerjakan oleh pemerintahnya di Indonesia.
Ada
dua faktor utama yang menyebabkan Indonesia mudah di kenal oleh bangsa-bangsa
lain, khususnya oleh bangsa-bangsa di Timur Tengah dan Timur jauh sejak dahulu
kala, yaitu:
1.
Faktor Letak Geografis Indonesia
Indonesia
berada di persimpangan jalan raya internasional dari jurusan timur tengah
menuju Tiongkok[1] melalui
lautan dan jalan menuju Amerika dan Australia.
2.
Faktor Kesuburan Tanah
Indonesia
mempunyai kesuburan tanah yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup yang
dibutuhkan oleh bangsa-bangsa lain, misalnya: rempah-rempah.
Oleh
karena itulah maka tidak mengherankan jika masuknya Islam di Indonesia ini
terjadi tidak terlalu jauh dari zaman kelahirannya. Harus dibedakan antara
datangnya orang Islam yang pertama di Indonesia dengan permulaan pensyiaran
islam di Indonesia.
Sedangkan
sumber-sumber pendukung Masuknya Islam di Indonesia diantaranya adalah:
1.
Berita dari Arab
Berita
ini diketahui dari pedagang Arab yang melakukan aktivitas perdagangan dengan
bangsa Indonesia. Pedagang Arab Telah datang ke Indonesia sejak masa kerajaan
Sriwijaya (abad ke-7 M) yang menguasai jalur pelayaran perdagangan di wilayah
Indonesia bagian barat termasuk Selat Malaka pada waktu itu. Hubungan pedagang
Arab dengan kerajaan Sriwijaya terbukti dengan adanya para pedagang Arab untuk
kerajaan Sriwijaya dengan sebutan Zabak, Zabay atau Sribusa.[2]
2.
Berita Eropa
Berita
ini datangnya dari Marcopolo tahun 1292 M. dia adalah orang yang pertama kali
menginjakan kakinya di Indonesia, ketika dia kembali dari cina menuju eropa
melalui jalan laut. dia dapat tugas dari kaisar Cina untuk mengantarkan
putrinya yang dipersembagkan kepada kaisar Romawi, dari perjalannya itu dia
singgah di Sumatera bagian utara. Di daerah ini dia menemukan adanya kerajaan
Islam, yaitu kerajaan Samudera dengan ibukotanya Pasai. [3]
3.
Berita India
Berita
ini menyebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat mempunyai peranan
penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Karena
disamping berdagang mereka aktif juga mengajarkan agama dan kebudayaan Islam
kepada setiap masyarakat yang dijumpainya, terutama kepada masyarakat yang
terletak di daerah pesisisr pantai.[4]
4.
Berita Cina
Berita
ini diketahui melalui catatan dari Ma Huan, seorang penulis yang mengikuti
perjalanan Laksamana Cheng-Ho. dia menyatakan melalui tulisannya bahwa sejak
kira-kira tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang bertempat tinggal
di pantai utara Pulai Jawa. T.W. Arnol pun mengatakan para pedagang Arab
yang menyebarkan agama Islam di Nusantara, ketika mereka mendominasi
perdagangan Barat-Timur sejak abad-abad awal Hijrah atau abad ke-7 dan ke-8 M.
Dalam sumber-sumber Cina disebutkan bahwa pada abad ke-7 M seorang pedagang
Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera
(disebut Ta’shih).[5]
5.
Sumber dalam Negeri
Terdapat
sumber-sumber dari dalam negeri yang menerangkan berkembangnya pengaruh Islam
di Indonesia. Yakni Penemuan sebuah batu di Leran (Gresik). Batu bersurat itu
menggunakan huruf dan bahasa Arab, yang sebagian tulisannya telah rusak. Batu
itu memuat tentang meninggalnya seorang perempuan yang bernama Fatimah Binti
Maimun (1028). Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatera Utara yang meninggal pada
bulan Ramadhan tahun 676 H atau tahun 1297 M. Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim
di Gresik yang wafat tahun 1419 M. Jirat makan didatangkan dari Guzarat dan
berisi tulisan-tulisan Arab.[6]
B.
Saluran
dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia
Kedatangan
Islam ke Indonesia dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat
umumnya, dilakukan secara damai. Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada
enam, yaitu:
1.
Saluran Perdagangan
Diantara
saluran Islamisasi di Indonesia pada taraf permulaannya ialah melalui
perdagangan. Hal ini sesuia dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad-7
sampai abad ke-16, perdagangan antara negeri-negeri di bagian barat, Tenggara
dan Timur benua Asia dan dimana pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia, India)
turut serta menggambil bagiannya di Indonesia. Penggunaan saluran islamisasi
melalui perdagangan itu sangat menguntungkan. Hal ini menimbulkan jalinan di
antara masyarakat Indonesia dan pedagang.
Dijelaskan
di sini bahwa proses islamisasi melalui saluran perdagangan itu dipercepat oleh
situasi dan kondisi politik beberapa kerajaan di mana adipati-adipati pesisir
berusaha melepaskan diri dari kekuasaan pusat kerajaan yang sedang mengalami
kekacauan dan perpecahan. Secara umum Islamisasi melalui perdagangan itu dapat
digambarkan sebagai berikut:
Para
pedagang yang berdatangan diantaranya ada yang bertempat tinggal, baik untuk
sementara maupun untuk menetap. Lambat laun tempat tinggal mereka berkembang
menjadi perkampungan-perkampungan. Perkampungan pedagang Muslim dari
negeri-negeri asing disebut Pekojan.
2.
Saluran Perkawinan
Perkawinan
merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi yang paling memudahkan.
Karena ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin, tempat mencari kedamaian
diantara dua individu. Kedua individu yauitu suami isteri membentuk keluarga
yang justru menjadi inti masyarakat. Dalam hal ini berarti membentuk masyarakat
muslim.
Saluran
Islamisasi melalui perkawinan yakni antara pedagang atau saudagar dengan wanita
pribumi juga merupakan bagian yang erat berjalinan dengan Islamisasi. Jalinan
baik ini kadang diteruskan dengan perkawinan antara putri kaum pribumi dengan
para pedagang Islam. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim. Dari
sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik
daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri
bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin,
mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah setelah mereka mempunyai kerturunan,
lingkungan mereka makin luas. Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah,
dan kerajaan-kerajaan muslim.[7]
3.
Saluran Tasawuf
Tasawuf
merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses Islamisasi.
Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa
Indonesia yang meninggalkan bukti-bukti yang jelas pada tulisan-tulisan antara
abad ke-13 dan ke-18. hal itu bertalian langsung dengan penyebaran Islam di
Indonesia.20 Dalam hal ini para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka
selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di
tengah-tengah masyarakatnya. Jalur tasawuf, yaitu proses islamisasi dengan
mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama
yang ada yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih
dahulu dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam sehingga mudah dimengerti dan
diterima.[8]
4.
Saluran Pendidikan
Para
ulama, guru-guru agama, raja berperan besar dalam proses Islamisasi, mereka
menyebarkan agama Islam melalui pendidikan yaitu dengan mendirikan
pondok-pondok pesantren merupakan tempat pengajaran agama Islam bagi para
santri. Pada umumnya di pondok pesantren ini diajarkan oleh guru-guru agama,
kyai-kyai, atau ulama-ulama. Mereka setelah belajar ilmu-ilmu agama dari
berbagai kitab-kitab, setelah keluar dari suatu pesantren itu maka akan kembali
ke masingmasing kampung atau desanya untuk menjadi tokoh keagamaan, menjadi
kyai yang menyelenggarakan pesantren lagi. Semakin terkenal kyai yang
mengajarkan semakin terkenal pesantrennya, dan pengaruhnya akan mencapai radius
yang lebih jauh lagi.[9]
5.
Saluran Kesenian
Saluran
Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari,
musik dan seni sastra. Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno
Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten,
Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya. Contoh lain dalam seni adalah
dengan pertunjukan wayang, yang digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita
wayang itu disisipkan ajaran agama Islam. Seni gamelan juga dapat mengundang
masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut. Selanjutnya diadakan dakwah
keagamaan Islam.[10]
6.
Saluran Politik
Pengaruh
kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang
raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat
memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi
tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di Sulawesi Selatan dan Maluku, kebanyakan
rakyatnya masuk Islam setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu.
Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.
Dari
berbagai saluran dan cara penyebaran diatas, para wali merupakan salah satu
penyebar agama islam yang menerapkan cara-cara tersebut. Para wali yang berjasa
dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia dikenal dengan sebutan Wali Songo.
Para wali itu adalah sebagai berikut[11]:
1. Maulana
Malik Ibrahim yang kabarnya berasal dari Persia dan kemudian berkedudukan di
Gresik.
2. Sunan
Ngampel yang semula bernama Raden Rakhmat berkedudukan di Ngampel (Ampel),
dekat Surabaya.
3. Sunan
Bonang yang semula bernama Makdum Ibrahim, putra Raden Rakhmat dan berkedudukan
di Bonang, dekat Tuban.
4. Sunan
Drajat yang semula bernama Masih Munat juga putra Raden Rakhmat yang
berkedudukan di Drajat dekat Sedayu (Surabaya).
5. Sunan
Giri yang semula bernama Raden Paku, murid Sunan Ngampel berkedudukan di bukit
Giri Gresik.
6. Sunan
Muria yang berkedudukan di Gunung Muria di daerah Kudus.
7. Sunan
Kudus yang semula bernama Udung berkedudukan di Kudus.
8. Sunan
Kalijaga yang semula bernama Joko Said berkedudukan di Kadilangu dekat Demak.
9.
Sunan Gunung Jati yang
semula bernama Fatahillah atau Faletehan yang berasal dari Samudera Pasai dan
menetap di Gunung Jati dekat Cirebon.
C.
Perkembangan
Islam di Indonesia pada Masa Kerajaan
Islam
dimulai di wilayah ini lewat kehadiran Individu-individu dari Arab, atau dari
penduduk asli sendiri yang telah memeluk Islam. Dengan usaha mereka. Islam
tersebar sedikit demi sedikit dan secara perlahan-lahan. Langkah penyebaran
islam mulai dilakukan secara besar-besaran ketika dakwah telah memiliki
orang-orang yang khusus menyebarkan dakwah. Setelah fase itu kerajaan-kerajaan
Islam mulai terbentuk di kepulauan ini. Diantara kerajaan-kerajaan terpenting
adalah sebagai berikut:
1.
Kerajaan Malaka (803-917 H/1400-1511M)
Malaka
dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara. Sebutan ini diberikan mengingat
peranannya sebagai jalan lalulintas bagi pedagang-pedagang asing yang berhak
masuk dan keluar pelabuahan-pelabuhan Indonesia. Letak geografis Malaka sangat
menguntungkan, yang menjadi jalan sialng anntara AsiaTimur dan asia Barat.
Dengan letak geografis yang demikian membuat Malaka menjadi kerajaan yang
berpengaruh atas daerahnya.
Setelah
Malaka menjadi kerajaan Islam, para pedagang, mubaligh, dan guru sufi dari
negeri Timur Tengah dan India makin ramai mendatangi kota Bandar Malaka. Dari
bandar ini, Islam di bawa ke pattani dan tempat lainnya di semenanjung seperti
Pahang, Johor dan perlak.
Kesultanan
Malaka mempunyai pengaruh di daerah Sumatera dan sekitarnya, dengan
mempengaruhi daerah-daerah tersebut untuk masuk Islam seperti: Rokan Kampar,
India Giri dan Siak. Dan kesultanan Malaka merupakan pusat perdagangan
Internasional antara Barat dan Timur, pelabuhan transit. Maka dengan
didudukinya Kesultanan Malaka oleh Portugis tahun 1511, maka kerajaan di
Nusantara menjadi tumbuh dan berkembang karena jalur Selat Malaka tidak
digunakan lagi oleh pedagang Muslim sebab telah diduduki oleh Portugis.[12]
2.
Kerajaan Aceh (920-1322 H/1514-1904 M)
Pada
abad ke-16, Aceh mulai memegang peranan penting dibagin utara pulau Sumatra.39
Pengaruh Aceh ini meluas dari Barus di sebelah utara hingga sebelah selatan di
daerah Indrapura. Indrapura sebelum di bawah pengaruh Aceh, yang tadinya
merupakan daerah pengaruh Minangkabau. Yang menjadi pendiri kerajaan Aceh adalah
Sultan Ibrahim (1514-1528), dia berhasil melepaskan Aceh dari Pidie. Aceh
menerima Islam dari Pasai yang kini menjadi bagian wiliyah Aceh dan pergantian
agama diperkiraan terjadi mendekati pertengahan abad ke-14.[13]
Kejayaan
kerajaan Aceh pada puncaknya ketika diperintahkan oleh Iskandar Muda. dia mampu
menyatukan kembali wilayah yang telah memisahkan diri dari Aceh ke bawah
kekuasaannya kembali. Pada masanya Aceh menguasai seluruh pelabuhan di pesisir
Timur dan Barat Sumatera. Dari Aceh tanah Gayo yang berbatasan di Islamkan,
juga Minangkabau. Dimasa pemerintahannya, Sultan Iskandar muda tidak bergantung
kepada Turki Usmani. Untuk mengalahkan Portugis, Sultan kemudian bekerjasama
dengan musuh Portugis, yaitu Belanda dan Inggris.
3.
Kerajaan Demak ( 918- 960 H/ 1512-1552 M)
Di
Jawa Islam di sebarkan oleh para wali songo (wali sembilan), mereka tidak hanya
berkuasa dalam lapangan keagamaan, tetapi juga dalam hal pemerintahan dan
politik, bahkan sering kali seorang raja seolah-olah baru sah seorang raja kalau
dia sudah diakui dan diberkahi wali songo. Para wali menjadikan Demak sebagai
pusat penyebaran Islam dan sekaligus menjadikannya sebagai kerajaan Islam yang
menunjuk Raden Patah sebagai Rajanya. Kerajaan ini berlangsung kira-kira abad
15 dan abad 16 M. Di samping kerajaan Demak juga berdiri kerajaan-kerajaan
Islam lainnya seperti Cirebon, Banten dan Mataram.
Perkembangan
dan kemajuan Islam di pulau Jawa ini bersamaan dengan melemahnya posisi raja
Majapahit. Hal ini memberi peluang kepada raja-raja Islam pesisir untuk
membangun pusat-pusat-pusat kekuasaan yang independen. Di bawah bimbingan
spiritual Sunan Kudus, meskipun bukan yang tertua dari wali Songo. Demak
akhirnya berhasil menggantikan Majapahit sebagai keraton pusat[14]. Kerajaan Demak
menempatkan pengaruhnya di pesisir utara Jawa Barat itu tidak dapat dipisahkan
dari tujuannya yang bersifat politis dan ekonomi. Politiknya adalah untuk
mematahkan kerajaan Pajajaran yang masih berkuasa di daerah pedalaman, dengan
Portugis di Malaka.
4.
Kerajaan Banten (960-1096 H/1552-1684 M)
Banten
merupakan kerajaan Islam yang mulai berkembang pada abad ke-16, setelah
pedagang-pedagang India, Arab, persia, mulai menghindarai Malaka yang sejak
tahun 1511 telah dikuasai Portugis. Dilihat dari geografinya, Banten, pelabuhan
yang penting dan ekonominya mempunyai letak yang strategis dalam penguasa Selat
Sunda, yang menjadi uratnadi dalam pelayaran dan perdagangan melalui lautan
Indoneia di bagian selatan dan barat Sumatera. Kepentingannya sangat dirasakan
terutama waktu selat Malaka di bawah pengawasan politik Portugis di Malaka.
Sejak
sebelum kedatangan Islam, ketika berada di bawah kekuasaan raja-raja Sunda
(dari Pajajaran), Banten sudah menjadi kota yang berarti. Pada tahun 1524 Sunan
Gunung Jati dari Cirebon, meletakan dasar bagi pengembangan agama dan kerajaan
Islam serta bagi perdagangan orang-orang Islam di sana.[15]
Kerajaan
Islam di Banten yang semula kedudukannya di Banten Girang dipindahkan ke kota
Surosowan, di Banten lama dekat pantai. Dilihat dari sudut ekonomi dan politik,
pemindahan ini dimaksudkan untuk memudahkan hubungan antara pesisir utara Jawa
dengan pesisir Sumatera, melalui selat sunda dan samudra Indonesia. Situasi ini
berkaitan dengan kondis politik di Asia Tenggara masa itu setelah malaka jatuh
ke tangan Portugis, para pedagang yang segan berhubungan dengan Portugis
mengalihkan jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Tentang keberadaan Islam di
Banten, Tom Pires menyebutkan, bahwa di daerah Cimanuk, kota pelabuhan dan
batas kerajaan Sunda dengan Cirebon, banyak dijumpai orang Islam. Ini berarti
pada akhir abad ke-15 M diwilayah kerajaan Sunda Hindu sudah ada masyarakat
yang beragama Islam.
5.
Kerajaan Goa (Makasar) (1078 H/1667 M)
Kerajaan
yang bercorak Islam di Semenanjung Selatan Sulawesi adalah Goa-Tallo, kerajaan
ini menerima Islam pada tahun 1605 M. Rajanya yang terkenal engan nama
Tumaparisi-Kallona yang berkuasa pada akhir abad ke-15 dan permulaan abad
ke-16. dia adalah memerintah kerajaan dengan peraturan memungut cukai dan juga mengangkat
kepala-kepala daerah.
Kerajaan
Goa-Tallo menjalin hubungan dengan Ternate yang telah menerima Islam dari
Gresik/Giri. Penguasa Ternate mengajak penguasa Goa-tallo untuk masuk agama
Islam, namun gagal. Islam baru berhasil masuk di Goa-Tallo pada waktu datuk ri
Bandang datang ke kerajaan Goa-Tallo. Sultan Alauddin adalah raja pertama yang
memeluk agama Islam tahun 1605 M.
Kerajaan
Goa-Tallo mengadakan ekspansi ke Bone tahun 1611, namun ekspansi itu
menimbulkan permusuhan antara Goa dan Bone. Penyebaran Islam yang dilakukan
oleh Goa-Tallo berhasil, hal ini merupakan tradisi yang mengharuskan seorang
raja untuk menyampaikan hal baik kepada yang lain. Seperti Luwu, Wajo, Sopeng,
dan Bone. Luwu terlebih dahulu masuk Islam, sedangkan Wajo dan Bone harus melalui
peperangan dulu. Raja Bone yang pertama masuk Islam adalah yang dikenal Sultan
Adam.[16]
6.
Kerajaan Maluku
Kerajaan
Maluku terletak dibagian daerah Indonesia bagian Timur. Kedatangan Islam
keindonesia bagian Timur yaitu ke Maluku, tidak dapat dipisahkan dari jalan
perdagangan yang terbentang antara pusat lalu lintas pelayaran Internasional di
Malaka, Jawa dan Maluku. Diceritakan bahwa pada abad ke-14 Raja ternate yang
keduabelas, Molomateya, (1350-1357) bersahabat baik dengan orang Arab yang memberikan
petunjuk bagaimana pembuatan kapal-kapal, tetapi agaknya bukan dalam
kepercayaan. Manurut tradisi setempat, sejak abad ke-14 Islam sudah datng di
daerah Maluku. Pengislaman di daerah Maluku, di bawa oleh maulana Husayn. Hal
ini terjadi pada masa pemerintahan Marhum di Ternate.
Tentang masuknya Islam
ke Maluku, Tome Pires mengatakan bahwa kapal-kapal dagang dari Gresik ialah
milik Pate Cucuf. Raja ternate yang sudah memeluk Islam bernama Sultan Bem
Acorala, dan hanyalah raja ternate yang disebut sultan sedang yang lainnya
digelari raja. Dijelaskan bahwa dia sedang berperang dengan mertuanya yang
menjadi raja Tidore yang bernama Raja Almancor. Di Banda, Hitu, Maluku dan
Bacan sudah terdapat masyarakat Muslim. Di daerah Maluku itu raja yang
mula-mula masuk Islam sebagaimana dijelaskan Tome Pires sejak kira-kira 50
tahun yang lalu, berarti antara 1460-1465.
[1]
K.H. Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan
Islam dan Perkembanganya di Indonesia, hal. 194
[3] Ibid., hlm 195
[6] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, Raja Grafindo Press, Jakarta, 2007, hlm. 191-192
[7]
Ibid., hlm 202
[8] Busman Edyar, dkk (Ed), op.cit,
hlm. 208
[9] Badri Yatim, op.cit.,
hlm. 203
[10] Ibid.
[12] Busman Edyar, dkk
(Ed.), op.cit., hlm. 191
[13] Badri Yatim, op.cit.,
hlm. 209
[14] Taufik Abdullah dan Sharon
Siddique (Ed.), Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, LP3ES,
Jakarta, 1989, hlm. 73
[15] Badri Yatim, op.cit.,
hlm. 217
[16] Ibid., hlm. 224
0 Komentar:
Posting Komentar